Jumat, 13 April 2012

SEJARAH GERAKAN RAKYAT

                                                    SEJARAH GERAKAN RAKYAT

“Revolusi lahir dari kepala mereka yang terdidik untuk mengabdikan pemikiran dan pengetahuannya demi cita-cita nasional bangsa dan rakyat Indonesia”

Pada awal abad ke-19,teknologi barat sudah meranjak di Indonesia seperti: rel-rel kereta api, pabrik-pabrik, dan lain-lain. Serta hegemoni ala barat yang berdampak pada krisis pemikiran rakyat plajar saat itu sehingga semua gerakan-gerakan  rakyat melakukan dengan menampilkannya dalam bentuk-bentuk seperti
surat kabar dan jurnal, rapat dan pertemuan, serikat buruh dan pemogokan, organisasi dan partai, nyanyian, teater, novel dan pemberontakan, merupakan fenomena yang paling mencolok bagi kebangkitan Bumiputra pada awal abad XX. Fenomena yang sampai saat ini disebut sebagai “pergerakan”, dimana Bumiputra bergerak mencari bentuk, untuk menampilkan kesadaran politik mereka yang baru, menggerakan pikiran dan gagasan, dan mengahadapi kenyataan di Hindia dalam dunia dan zaman yang mereka rasakan bergerak.
Dalam Historiografi ortodoks yang diyakini bersama baik oleh orang-orang Indonesia maupun para ahli tentang Indonesia, pergerakan sering dilihat sebagai gerakan dimana sebuah bangsa yang belum bernama sedang mencari namanya; Indonesia, dan cita-cita nasionalnya, dalam pandangan ini, Pergerakan dimulai dengan surat-surat dan pembentukan Boedi Oetomo, ketika kebangkitan nasional pertama kali ditampilkan dalam bentuk organisasi, dan berakhir dengan didirikanya Perhimpunan Indonesia dan Partai Nasional Indonesia serta Sumpah Pemuda, ketika para pemuda menyatakan diri Bertanah Air satu, Berbangsa satu dan Berbahasa Satu. Dengan begitu dalam dua puluh lima tahun  pertama abad XX, pergerakan dipandang sebagai sebuah transisi, denagan pengertian bahwa telah ada gagasan Nasional sekalipun belum benar-benar nasionalis. Dalam sejarah dapat dipahami melalui hasil yang kemudian dicapai, yaitu ditemukannya cita-cita nasional; Indonesia merdeka. Hasil lain adalah tradisi yang terbentuk dalam pergerakan yakni sistem pembagian yang berdasarkan ideology dan organisasi menjadi nasionalisme, islam, dan komunisme.
Pada masa itu lahir berbagai macam organisasi pergerakan. Masing-masing berproses secara mandiri dan dengan tahapan yang baik untuk bisa disebut sebagai Organisasi pergerakan sehingga menjadi organisasi kader berbasis massa. Syarat minimal sebagai tahapan tersebut adalah Ideologi/gagasan, Program perjuangan, dan organisasi. Sebagai contoh: Sarekat Islam (SI). SI tumbuh dan berkembang pada awal 1912. yang didirikan besama, adalah sebuah perkumpulan tolong-menolong untuk menghadapi para penguasa yang membuat daerah Lawan tidak aman, yang diperlihatkan oleh penjaga (sebuah organisasi ronda untuk keamanan daerah).
Sarekat (Dagang) Islam, sebuah organisasi ronda dibungkus dalam bahasa modern. Hal itu dikarenakan kasus hukum kolonial pada saat itu yang melarang munculnya organisasi politik sehingga diimbuhi kata dagang. Dalam  bunyi ideologi pembentukan SI : “semua orang sudah tahu bahwa sekarang ini adalah zaman kemajuan tidak boleh hanya menjadi omong kosong saja. Untuk itu kami memutuskan untuk membentuk perkumpulan Sarekat Islam. ini menyatakan bahwa perkumpulan dapat didirikan dimana saja dengan lima puluh anggota, dan tujuan perkumpulan harus membuat anggota perkumpulan sebagai saudara satu sama lain, memperkuat solidaritas dan tolong-menolong  diantara umat Islam, dan mencoba mengangkat rakyat untuk mencapai kemakmuran, kesejahteraan, dan kejayaan raja melaui segala cara yang tidak bertentangan dengan hukum negara dan pemerintahan.
Organisasi terus berkembang hingga mencapai Ratusan ribu anggota pada masa itu. Dibagi dalam dewan masing-masing daerah. Dan setiap daerah mampu melakukan Rapat umum disebuah lapangan luas antara pemimpin organisasi dan Massa simpatisannya dengan jumlah anggota yang hadir hingga puluhan ribu orang. Melakukan aksi-aksi pemogokan, pemboikotan, penyebaran surat kabar, berkesenian dan lain-lain. Semua dapat dicapai melalui keseriusan dan disiplin yang baik sebagai modal utama keberhasilan pengorganisasian dan pencapaian program perjuangan yang bertahap dan jangka panjang. Hal itu berkat adanya gagasan yang kuat, organisasi/kerjasama yang baik dan Program perjuangan yang jelas dan bertahap.            
Pada Zaman itu kita mengenal Tokoh-tokoh sebagai motor penggerak perubahan yang terlahir dari kebijakan Politik Etis (Edukasi,Irigasi,Emigrasi). Para tokoh merupakan kalangan terdidik pada masa itu, mereka adalah pelajar dan mahasiswa lulusan dalam dan luar negeri yang memiliki kesadaran akan nasib bangsa dan tanah airnya. Namun, tidak semua tokoh yang ada merasakan pendidikan. Kita mengenal nama seperti Semaun yang lahir dari didikan/kader PKI (Partai Komunis Indonesia). Juga Soekarno, seorang pelajar di STOVIA dan mengikuti Organisasi Sarekat Islam, serta Karto Soewirjo yang ketiganya diasuh oleh Tjokro. Kemudian mereka berhasil menyemaikan tiga pondasi kuat gagasan besar nasionalisme oleh Soekarno Dengan PNI-nya, Semaun dengan Komunismenya (PKI), dan Kartosoewirjo dengan Islamismenya. Hal itu tak terlepas dari didikan Tjokro yang mengarahkan pemahaman sosial masing-masing dengan pengetahuan/gagasan besar seperti Marxisme (Sosialisme dan komunisme), Pemikiran Islam dan tokoh-tokoh pemikir Islam juga gagasan kebangsaan yang sedang berserak dihampir semua negara terjajah (Koloni Imperialis) di wilayah Asia dan Afrika. Juga ada sederet tokoh besar dan legendaris lainnya seperti: Tan Malaka, Hatta, Sjahrir.
Itulah sekilas ciri khas pergerakan kaum muda yang dimotori kaum tercerahkan oleh pengetahuan dan pergaulan Organisasi yang membebaskan pada massa Sebelum kemerdekaan.
Hasil Dari perjuangan Tokoh penggerak adalah kemerdekaan bangsa dan tanah air dari kolonialis Eropa, dan Jepang. Sesudah kemerdekaan ada dua perubahan yang terjadi yang pertama bersifat nominal: Munculnya cara pandang Indonesia dengan mengganti Kata kunci yang sering didengungkan pada masa kolonialisme, pergerakan bumiputra menjadi kebangkitan nasional Indonesia. Perubahan kedua yang lebih penting adalah: lahirnya sistem klasifikasi baru yang berdasarkan Organisasi dan Ideologi: nasionalisme, Islam dan komunisme. Perubahan ini terjadi karena kategori rasial jelas bersifat kolonial, jadi jelas harus ditolak, dan juga karena sistem klasifikasi nasionalisme, Islam, dan komunisme sudah menjadi sesuatu yang diterima umum sejak pertengahan 1920-an dalam wacana politik Indonesia.
Kemerdekaan tidak lahir semata-mata oleh teks proklamasi yang dibacakan oleh Dwitunggal pemimpin Indonesia Soekarno-Hatta. Dibalik itu ada peran pemuda yang mendorong dan mempelopori Soekarno-Hatta untuk mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang. Hal itu dilakukan oleh pemuda Wikana, pemuda Soekarni dan kawan-kawan yang menculik Soekarno Hatta untuk membacakan Proklamasi kemerdekaan. Kedua pemuda mendapat bacaan realitas politik melalui Tan Malaka mantan ketua Komintern. Sepulang dari AsiaTenggara (1942) Tan Malaka Menulis dengan mengembangkan rumusan ilmu dalam kalimat “Jembatankeledai” menjadi yang diperuntukan bagi penyadaran/transformasi rakyat Indonesia “Madilog” (Materialisme, dialektika, Logika) agar terbebas dari feodalisme dan penjajahan. Tan Malaka memberitakan akan rencana pengeboman Heroshima dan Nagasaki oleh Amerika untuk menghentikan perang dunia II dan balasan atas penyerbuan pangkalan Amerika di Pearl Harbour oleh Jepang. “Peta Politik” digelar dengan rapi diatas meja pemikiran pemuda-pemudi kader yang dididik oleh Tan Malaka. Itulah bukti peran pemuda pelopor perubahan sejarah bangsa (Agent of Change).Sekian…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar