Jumat, 13 April 2012

Pengertian Nuzul dan Nuzulul Qur’an


A. Pengertian Nuzul dan Nuzulul Qur’an:

1.    Nuzul

Segalah sesuatu harus kita pahami terlebihdahulu  pangkal permasalahannya, maka sebelum kita mengkaji tentang Nuzulul Qur’an, kita harus mengkaji  terlebih dahulu tentang apa yang di maksud dengan kata Nuzul itu sendiri. Setelah kami melihat dari berbagai referensi kata Nuzul itu merupakan dari kata al-izal dan al-tanzil.


Penjelasan antara al-inzal dan al-tanzil mendududki posisi utama dalam memahami al-kitab secara keseluruhan. Tanpa pemahaman antara perbedaan antara al-inzal dan al-hadid"(Al-Hadid:25). Dalam ayat ini Allah menginformasikan bahwa proses al-inzal besi pada manusia telah berlangsung sempurna. Allah juga erfiman:"inna anzalna qur'anan arabiyan"(Yusuf:2).Adapun yang terkait dengan al-tanzil, Allah berfirman:"inna nahnunazzalna alaika Al-qur'an tanzila"(Al-Ihsan:23).
Sesungguhnya Nabi Saw telh menjelaskan konsep al-inzal dalam sabdanya "unzila al-qur'an jumlatan wahidatan ila assama'I al-dunyafi lailah al-qadr tsummsa nazala ba'da zalika fi' isyrina sanatan"(HR.Ibnu Abbas). Artinya: Al-Qur'an diturunkan (al-inzal) sekaligus ke langit dunia pada lailat qadr.Setelah itu, ia dturunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun."mengingat hadist tersebut hadist metafisika, maka kita tidak boleh memahaminya secara letterlijk.

Terkait dengan Alqur'an, Allah menggunakan redaksi nazzala dan anzalna, .Allahpun menggunakan kedua redaksi tersebut.baik yang terkaIt dengan air, dzikir, apakah yang di maksud dengan al-inzal dan al-tanzil pada al-Qur’an? pada air?  Pada malaikat?  Bagaimana kita memahami proses al-inzal dan al-tanzil pada berbagai objek ini dengan pemahaman yang serasi satu sama lain dan tidak saling bertentangan dengan hokum realitas? Dengan ungkapan lain keduanya harus ada keterkaitan logis dengan kenyataan objektif.

Apabila kita meneliti konsep al-inzal dan al-tanzil.altanzil adalah proses pemindahan objek di luar kesadaran manusia dan al-inzal adalah proses pemindahan materi diluar kesadaran manusia, dari wilayah yang tidak dapat kita ketahui menuju wilayah yang dapat kita


2.    Nuzulul Qur’an
  
    Allah SWT menurunkan al-Qur’an kepada rasul kita untuk memberi petunjuk kepada manusia. Turunnya Qur’an merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukan bagi penghuni langit dan penghuni bumi. Turunnya al-Qur’an yang pertama kali pada malam lailatul qadr marupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malaikat akan kemulian umat Muahammad saw. Umat ini telah di muliakan oleh Allah SWT dengan risalah baru agar menjadi umat yang palng baik yang dikeluarkan bagi manusia. Turunnya al-Qur’an yang kedua kali secara bertahap,berbeda dengan kitab-kitab yang turun sebelumnya.

    Kalau membicarakan tentang nuzulul Qur’an kita di hadapi dari berbagai pendapat dan masing-masing memiliki argumen yang kuat, setelah kami mengkaji tentang turunnya al-Qur’an kami bisa mengambil kesimpulan bahwasannya, ada dua makna Nuzulul Al-Qur'an yaitu:
a.    Dari kata nazzala-yunazzilu dengan makna konotatif yaitu turun secara berangsur-angsur
b.    Dari kata anzala-yunzilu dengan makan denotasi menurunkan.

    Dua makna  di atas sebagaimana yang di ungkapkan Al-Qur'an relevan dengan turunnya Al-Qur'an. Secara harfiah Nuzulul Al-Qur'an dimaknai sebagai peristiwa Al-Qur'an turun atau turunnya Al-Qur'an. Dan secara majazi diartikan pemberitahuan Al-Qur'an dengan cara dan sarana yang dikehendaki Allah Swt sehingga dapat di ketahui malaikat di lauhi-mahfudz dan oleh nabiMuhammad Saw di dalam hatinya yang suci.Dan banyak lagi teks yang bermaterikan kata nuzulul Qur’an ataupun kata-kata jadinya dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.Sebagai contoh, firman  Allah SWT, :


           ’


    Artinya :” Dan kam turunkan ( al-Qur’an itu dengan benar-benarnya dan al-Qur’an itu telah turun (membawa)kebenaran. (QS.Al-Isra’ :105)

Juga sabda Nabi saw,:


ان هذا القرآن أنزل على سبعة احرف


    Artnya :” Sesungguhnya al-Qur’an itu diturunkan dalam tujuh huruf.
  
  
    Ini merupakan hadist mashur,bahkan ada yang mengatakan mutawatir, seperti yang saya sebutkan.

    Akan tetapi kata “nuzul” dalam menggunakan kebahasaan di artikan dan di maksudkan sebagai proses manuju dan menempati satu tempat.misalnya pernyataan mereka :”نزل الامير باالمدين “ (sang gubernur singgah di madinah). Bentuk transyitifnya, yaitu “al-inzal”bermakna proses menunjukan dan menempatkan sesuatu ke suatu tempat. Misalnya dalam firman Allah SWT:  
        
Artinya:” Yaa tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi,dan engkau adalah sebaik-baiknya yang memberi tempat. (QS. AL-Mukminun : 29)


Secara etimologis,terma nuzul juga di artikan turunnya sesuatu dari atas ke bawah. Misalnya ungkapan :”    نزل فلان من الجبل “(seseorang turun dar gunung ).dan untuk transitfnya berarti menggerakan sesuatu dari atas ke bawah. Makna seperti ini, misalnya di pakai pada firman Allah SWT:

   

Artinya: “Dan dia menurunkan air (hujan) dari langit (QS. Al-Baqarah : 22)


    Tak ragu lagi, bahwa kedua makna itu tidak layak diterapkan untuk penurunan Allah SWT terhadap al-Qur’an atau turunnya al-Qur’an dari Allah SWT. karena kedua kata tersebut adanya tempat dan benda, sedangkan al-Qur’an bukan benda, sehngga bsa menempati suatu tempat atau turun dari atas ke bawah, baik yang kta maksudkan dengan al-Qur’an adalah sifat qodim yang berkaitan dengan kata-kata yang bersifat gaib lagi azal, atau sebagai kata-kata itu sediri, ataupun lapadz yang mengandung i’jaz, karena kta telah mengetahui sifat yang qodim dan hal-hal yang berkaitan dengannya harus terbebas dari benda-benda yang baru dan aksiden-aksidenny,di samping bahwa lafadz-lafadz merupakan aksiden-aksden yang terus mengalr dan akan berhenti dengan semata mengucapkannya, seperti yang mereka ucapkan.

    Dengan demikian, kita perlu menerapkan gejala bahasa majaz (metaforis). Ruang lingkup majaz memang sangat luas. Hendaknya makna majaz bagi nuzulu Qur’an adalah pemberitahuan pada segala penertianya.Adapun berdasarkan pengertian bahwasannya al-Qur’an itu bersifat yang qodim atau yang terkait dengannya, maka yang di maksud dengan menurunkannya adalah memberitahukannya dengan goresan-goresan yang dapat menunjukannya, di kaitkan dengan penurunanya di Lauh mahfudz dan Bait al-Izzah dari langit duna,dan karena kata-kata haqiqi yang menunjukannya, dkaitkan dengan penurunannya kedalam hat Nabi Saw. ‘Alaqohnya antara makna haqiqi dan makna majazi adalah al-uzum. Karena menurukan sesuatu yang lain melazimkan pemberitahuan makhluk yang melihatnya secara mutlak (belakal ataupun tidak).jadi,bertuknya adalah lapadz mursal. Adapun berdasarkan pengertian bahwa al-Qur’an adalah lapadz yang mengandung kemukjzatan, maka makna penurunannya adalah pemberitahuan, akan tetapi dengan perantaraan menetapkan yang menunjukannya. Yang pertama menunjukan berkaitan dengan diturunkannya kepada Nabi saw,sedangkan kedua kaitanya dengan diturunkannya ke lauh mahfudz dan Baitul izzah. ‘Alaqahnya juga al-luzum. Dan bebtuknya juga majaz mursal.

    Bisa juga gejalah majaz yang di terapkan adalah isti’arah tashriyyah ashliyyah,yakni pemberitahuan tuan kepada hambanya dengan penurunan sesuatu dari atas ke bawah, dengan kesamaan alasan, meski atas dan bawah dalam wajah syabah berupa hiissy dalam katanya dengan musyabbah bih, dan berupa ma’nawiy dalam kaitannya dengan musybbah.

    Kita semua telah mengerti bawa nuzulu merupakan muthawa’ah (kata yang menunjuakn hasil kerja) dari kata al-inzal. Karena itu, pemajazan yang berlaku pada salah satunya juga berlaku pada yang lainnya.Hal yang perlu kta terapkan juga unutuk kata al-inzal dan al-tanzil.

    Tampaknya hal yang dipilihnya kata al-inzal dan kata-kata bentuknya adalah menegaskan kemulian kitab al-Qur’an itu, mengingat apa yang di isyaratkan oleh kata itu, yaitu ketinggian pemilik kitab ini sejal dengan firman Allah SWT,:
                   

Haa’mim.Demi kitab(al-Qur’an)yang menerngkan.Sesungguhnya kami menjadikan al-Qur’an dalam bahasa arab supaya kamu memahami(-nya).Dan sesungguhnya al-Qur’an itu dalam induk Al-Kitab (lauh mahfudz) di ssi kami benar-benar tinggi (nilainya)dan amat banyak mengandung hikmah.(QS.Az-Zkhruf:1-4)
  
    Selanjudnya, dita’wilkan kata inzal dengan kata i’lam, seperti yang anda lihat, merupakan yang paling sejalan dengan konteksnya.Hal ini berdasarkan tiiga alasan :

a.    Kalam yang berkaitan dengan makna dan memahamiiny.Tak palak lagi bahwa al-Qur’an adalah kalam. Sehingga dita’wilkannya “menurunkannya”dengan “memberitahukannya” kembal kepada keterkaitan dengan yang telah maklum itu.
b.    Yang dii maksudkannya kukuh al-Qur’an d lauh mahfudz d langit dunia serta hati Nabi saw. Adalah  pemberitahuan terhadap makhluk yang ada d dua alam, alam atas dan alam bawah, kebenaran yang hendak di tunjukan oleh Allah SWT.
c.    Penafsiran “menurunkan”dengan memberitahukan” sejalan dengan al-Qur’an dalam berbagai pengertiannya dan berbagai tahap penurunannya.


B. Proses turunnya al-Qur’an

    Ketika kita membicarakan proses turunnya al-Qur’an kita akan mendapat berbagai cara Allah SWT menurunkan al-Qur’an kepada Nabi saw.Allah SWT memuliakan al-Qur’an, antara lain dengan cara memberikan tahap-tahap openurunan al-Qur’an, yaitu:


1.    Ke Lauh Mahfudz
    Keberadaan di lauh mahfudz ini adalah dengan cara dan pada waktu yang hanya di ketahui oleh Allah SWT. Dan oarang yang diperlihatkan kepada keghaiban oleh-nya.Wujudnya global,bukan rincian. Nlah pengertian lahiriahnya dan tidak ada yang mengalhkan dari pengertian lahiriah itu.Semua rahasia dturunnya al-Qur’an secara bertahp kepada Nabi saw.Tiadak logis terjadi pada penurunan pada tahap ini.
  
    Hikma dari penurunan seperti ini kembali kepada hikma yang tinggi dari wujud lauh mahfudz itu sendiri dan keberadaannya sebagai media yang mencakup semua yang menjadi qadar dan qadha’ Allah SWT. Dan untuk mendorong manusia untuk tenang dan lega terhadap qadar dan qhada’. Dari sinlah mereka akan merasakan adanya kepastian di lauh mahfudz.


2.    Ke Baitul Izzah di langit dunia

    Kita dapat melihat berbagai ayat yang artinya tentang proses turunnya al-Qur’an melalui tahap ini antaranya:
a.    Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang d berkahi dan sesungguhnya kamilah yang memberi peringatan (QS.Ad-Dukham : 3)
b.    Sesungguhnya kam telah menurunkannya (al-Qur’an) pada malam kemulian (QS.Al-Qadr : 1)
c.    Beberapa hari yang di tentukan itu ialah) bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya di turunkan (permulaan) al-Qur’an . (QS.Al-Baqarah:185)

    Adapun ketiga ayat itu menunjukan bahwa al-Qur’an diturunkan dalam satu malam, yang di sifati bahwa malam itu di berkati, sebagaimana di sebutkan dalam ayat pada surat at-Dukham.dan lailatul qadr disebut kan dalam surat al-Qadr,serta terjadi pula pada malam bulan ramadhan sebagamana yang telah di sebutkan pada surat al-baqarah. Kami katakan demkian dalam rangka memadukan ketiga nash itu dalam penerapannya dan menghindari dari pertentangan antara ayat-ayat itu.


3.    Penurunannya melalui malakat Jibril

    Penurunan yang ketga ini merupakan tahap ahr dimana dari penurunan yang ketiga ini tersebar sinar di dunia ini dan hidayah Allah SWT.sampai kepada makhluk. Penurunan ini melalui malaikat Jibril, yang membawanya turun ke dalam hati Nabi saw.


C. Bentuk-bentuk penurunan al-Qur’an
  
Al-Qur’an yang di turunkan kepada Rasul atau Nabi secara rahasia dan sangat cepat itu bervariasi. Adapun yang di maksud dengan berbagai dari variasi itu terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu melalui perantara malaikat jibril dan tidak melalui malaikat atau langsung tanpa perantara.


1.    Melalui perantara malaikat
Wahyu yang diturunkan dengan cara ini yang terkenal ada,yaitu:
a.    Jiibril menampakkan wajah atau bentuknya yang asli.Cara seperti ini terjadi ketika Nabi saw menerima wahyu yang pertama. Suah al-Alaq 1-5.
b.    Jiibril menyamar seperti seorang laki-laki yang memakai jubah putih,misalnya ketika Nabi saw menerima wahyu tentang iman, islam, ihsan.

2.    Tanpa perantara malaikat (langsung)
a.    Melalui mimpi yang benar, misalnya ketika turun wahyu surah al-Kautsar ayat 1-3.
b.    Allah SWT berbicara langsung Adapula yang mengatakan / menyatakan bahwa cara ini adalah turunnya wahyu melalui balik hijab. Misalnya wahyu Allah SWT kepada Nabi Musa yang di ceritakan dalam al-Qur’an surah al-A’raf ayat 143 dan an-Nisaa ayat 264.

Cara yang lain lagi adalah adalah seperti gemercikan lonceng. Menurut Jumhur Ulama, cara seperti itu termasuk yang melalui perantara malaikat, namun contohnya belum di temukan.


D. Cara-cara Jibril mengambil al-Qur’an dari mana dan dari siapa?

    Ini merupan berita ghaib, sehingga seseorang tdak bisa tenang menerima suatu pendapat, kecuali bila ada dalil yang sahh dari al-ma’shum saw. Mengenai ini semua kita dapat melihat berbagai pendapat tentang hal in antara lain:
a.    Ath-thibiy mengatakan mungkin turunnya al-Qur’an kepada jibril karena ia menerimanya secara ruhani atau menghafalnya dari lauh mahfudz, lalu membawanya kepada Nabi saw. Untuk diberiikan kepada beliau.
b.    Al-Mawad mengatakan/menceritakan bahwa para malaikat penjaga ‘arsy menurunkan secara bertahap kepada jibril dalam waktu dua puluh malam,dan jibril menurunkan kepada Nabi saw secara bertahap dalam waktu dua puluh tahun.Demikan pernyataan Al-Mawardi. Ini artinya, jibril mengamb dari para malaikat penjaga’arsy secara bertahap selama dua puluh tahun.Akan tetapi, kami tidak mendapatkan dall untuk pendapat ini, atau setdaknya yang di anggap sebagai dall.
c.    Berkenaan dengan makna firman Allah SWT.Dalam surat al-qadr ayat 1, Al-Bahaqi mengatakan : Allah SWT –dan hanya beliau yang mengetahui –maksudnya bahwa kam memperdengarkan dan memahamkan al-Qur’an kepada jbril, dan kami menurunkannya dengan apa yang telah ia dengar itu .”Demikian menurut AL-Baihaqi.menurut hemat kami,inilah pendapat yang nuzul dalam ayat di atas dengan permulaan turunnya. Ini dikukuhkan oleh riwayat yang di takhrij oleh Ath-Thabaraniy dari hadist an-Nawas ibn Sam’an, secara marfu’ kepada Nabi saw.:  


اذا تكلم الله الوحي اخذت السماء رجفة شديدا من خوف الله فإذاسمع اهل السماء صعقوا خّروا سجدا فيكنوا أولهم يرفع رأسه جبريل فيكلمه الله بوحيه بما أراد فينتهي به الى الملائكة فكّلما مرّ بسماء سأله اهها : ما قال ربنا ؟ قال : الحق فينتهي به حيث أمر


Artinya: bila Allah memfirmankan wahyu, maka langt bergetar hebat karena takut kepadanya.Bila para penghuninya mendengar, maka mereka akan jatuh tersangkur bersujud. D antara yang mula-mula mengangkat kepada adalah jbril.Lalu Allah memfirmankan wahyu itu sampai kepada malaikat setiap kali melewati suatu langit,iia di Tanya oleh penghuninya: apa yang di firmankan oleh tuhan kita?ia menjawab : Al-Haq. Lalu ia akan diperhentikan sewaktu diperintah.”

Bagaimanapun keadaan pendapat-pendapat itu, tetapi tidak begitu terkat dengan obyek pembicaraan kita kali ini, selama kta tetap yakin bahwa sumber al-Qur’an adalah Allah SWT semata.


E. Apa yang diturunkan Jibril

Dsini perlu kita ketahui adalah bahwasannya yang di turunkan jibril kepada Nabi saw.adalah al-Qur’an, dengan pengertiian ia merupakan kata-kata haqiqi yang mengandung kemukjizatan sejak awal surat al-Fatihah sampai ahir surat an-Nas.kata-kata itu merupakan kalamullah semata .Jibril maupun Nabi saw. Tdak memiilki andiil sama sekali dalam memunculkannya al-Qur’an yang mula-mula mengurutkannya adalah Allah SWT. Dan karenanya, al-Qur’an di nsbatkan kepada Allah SWT .Bukan kepada yang lain,meski di ucapkan kembal oleh jibril,Nabi saw. Dan berjuta-juta umat manusia sesudah mereka, sejak turunnya sampai kiamat.

Jadi Allah SWTlah yang maha agung yang memunculkan lafadz-lafadz dan kata-kata al-Qur’an secara runtut sesuai dengan runtutan kata-kata nya yang nafsiy, karena untuk memberi pemahaman’sebaaimana kita memunculakan kalam lafziy kita sesuai dengan kalam nafsiy kita, karena untuk memahamkan dan memberikan pemahaman. Bagaimanapun, suatu kalam hanya di nisbatkan kepada yang memunculkannya pertama kali dalam jiwanya, bukan orang yang menceritakan atau membaacakannya ulang.

Sebagian  ulama’ melontarkan yang perlu disayangkan. Ia mengatakan bahwa Jibril turun kepada Nabi saw. Dengan membawa makna-makna al-Qur’an, dan Rasul saw membuat redaksinya dengan bahasa arab.Yang lain lagi mengatakan, bahwa redaksinya milik Jibril dan Allah SWT mewahyukan makna saja. Keduanya merupakan pendapat yang tidak benar, bertentangan dengan dalil-dalil yang tegas baik al-Qur’an, as-Sunnah maupun Ijma’, dan tidak bias menyamai harga tint5a yang digunakan untuk menuliskannya. Yang benar bahwa Jibril hanya menceritakannya kepada Rasul saw. Dan mewahyukannya kepada beliau. Demikian pula Rasul saw, hanya membawa dan menghafalkannya, kemudian menceritakannya dan menyampaikannya.


PENUTUP

Kesimpulan

Setelah mengkaji secara seksama mengenai Nuzulul Qur’an kita dan khususnya pada diri kami sendiri mendapatkan berbagai pengetahuan yang kami anggap baru kami dapatkan, sehingga kita dapat atau memahami apa hakekat dari Nuzulul Qur’an.

Pada waktu kita mempelajri tentang Nuzulul Qur’an kita dapat mentahqiq secara komprehensif mengmbil titik penting dalam hal ini antaranya, yaitu:

1.    Allah SWT menurunkan al-Qur’an kepada rasul kita untuk memberi petunjuk kepada manusia. Turunnya Qur’an merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukan bagi penghuni langit dan penghuni bumi. Turunnya al-Qur’an yang pertama kali pada malam lailatul qadr marupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malaikat akan kemulian umat Muahammad saw.

2.    Al-Qur’an yang di turunkan kepada Rasul atau Nabi secara rahasia dan sangat cepat itu bervariasi dll.

Dengan ini kita telah banyak memahami hakekat dari Nuzulul Qur’an sehingga kita sebagai Umat yang mulia di sisi Allah SWT tidak buta tentang apa yang di berikan oleh Allah SWT kepada umatnya atau kepada kita selaku umat yang mulia Wass..................................................!


Dafatar Pustaka


•    Drs. Muhammad Chirzin M.Ag “Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an” .Th 1998. Yogyakarta. PT. Dama Bakti Prima Yaksa.


•    Manna’ Kholil AL-Qur’an “Mabahis Fi’Ulumil Qur’an”. Th 1973 Di Terjemahkan Oleh Drs. Mudzakir AS. Bogor PT. Pustaka Litera Antar Nusa.


•    Syeikh Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani.” Manahil Al-‘Urfan Fi’ Ulum Al-Qur’an”. Th.2002. Jakarata Gaya Media Pratama


•    Prof. DR. Nasr Hamid Abu Zaid , M.Ag. “Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an”. Th 2004. Yogyakarta. el-SAQ  press. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar